Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Feature

Fenomena Cyber bullying Di Media Sosial

×

Fenomena Cyber bullying Di Media Sosial

Sebarkan artikel ini

Suaranet.com – Kemajuan teknologi yang ada di seluruh dunia ini membuat kita semakin mudah melihat dan mengikuti perkembangan zaman yang ada di media sosial. Kemajuan teknologi membuat semakin maraknya orang-orang fokus terhadap gadget dan lupa akan hidupnya sebagai makhluk sosial.

TikTok menjadi salah satu aplikasi teratas yang banyak diminati oleh para penduduk di dunia khususnya di Indonesia. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan di TikTok semua orang dapat melihat video secara update, baik dari video hiburan dan juga video yang dapat memberikan informatif.

Example 300x600

Adanya TikTok banyak memberikan dampak positif namun juga banyak hal negatif seperti cyber bullying. Cyber bullying adalah upaya seseorang untuk menilai hal negatif yang ada di sosial media tanpa memikirkan terlebih dahulu apakah hal tersebut dapat menyakiti hati orang lain.

Cyber bullying merupakan salah satu bentuk dari kejahatan yang merendahkan orang lain dengan tujuan mempermalukan korban. Kasus cyber bullying di Indonesia merupakan kasus yang cukup tinggi.

Menurut hasil penelitian APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), ada 49 persen dari 5.900 responden yang menjadi korban dari cyber bullying. Tingginya angka ini tentu dipicu karena tingginya konsumsi penggunaan internet pada anak serta kurangnya pengawasan orang tua.

Salah satu jenis cyber bullying yang marak di Indonesia adalah jenis flaming (amarah). Flaming merupakan tindakan seseorang dengan mengirimkan pesan teks atau komentar di platform media sosial yang berisikan kata-kata frontal dan penuh amarah yang menyinggung orang lain.

Padahal, ketikan-ketikan tersebut memberikan dampak besar bagi sang korban apalagi pada psikisnya. Cyber bullying ini nyatanya lebih kejam dibandingkan dengan perundungan biasa. Bagaimana tidak, cyber bullying meninggalkan jejak digital yang sulit untuk dihilangkan dan dengan jangkauan yang luas membuat banyak orang dapat turut ikut berkomentar.

Hal ini menyebabkan korban memiliki risiko lebih besar menderita stres, depresi hingga keinginan bunuh diri karena rasa takut dan malu. Kesehatan fisik pun ikut terganggu karena kekebalan tubuh yang menurun akibat stres dan lelahnya pikiran.

Bukan hanya itu, korban bahkan bisa saja dikucilkan oleh lingkungan sekitarnya dan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan karena postingan serta komentar-komentar bullying yang muncul di beranda.

Tidak dapat dipungkiri, di Indonesia masih kurang akan pemahaman kepada para masyarakatnya sendiri sehingga membuat maraknya bullying yang terjadi di TikTok.

Hal tersebut seharusnya menjadi hal yang diperhatikan di Indonesia karena saat ini semakin banyak orang yang mengalami gangguan mental yang disebabkan oleh seringnya bermain gadget dan mendengarkan komentar orang.

Netizen awalnya memuji para selebgram namun pada akhirnya mereka menghujat dari kesalahan kecil yang dilakukan oleh para seleb tersebut.

Banyak contoh kasus yang terjadi di TikTok seperti Seperti salah satu video konten kreator Ria Ricis. seorang Youtuber dan tiktor yang diserang oleh netizen karena videonya yang bermain jetski sambil membawa anaknya yang masih kecil.

Ria ricis di hujat netizen di kolom komentar tiktoknya karena dianggap membahayakan anak kecil tersebut.

Adapula ketika seseorang yang dianggap kurang “good looking” mengunggah video, isi dari kolom komentar kebanyakan cemoohan dan hujatan, entah menghina fisik, cara berpakaiannya atau tingkah lakunya.

Padahal apa susahnya menghargai dengan cukup tidak berkomentar apa-apa daripada harus mengetik sesuatu yang menyakiti hati orang lain, selagi video yang dibuat tidak merugikan.

Dari beberapa contoh yang ada membuat kita sadar akan kurangnya kepedulian antar sesama di media sosial. TikTok seharusnya bisa menjadi wadah untuk semua orang berkarya dan menghasilkan sesuatu yang nantinya akan membawa bangga Indonesia.

Tiktok banyak diminati sehingga baik buruknya yang ada di TikTok akan mempengaruhi orang-orang yang melihatnya. Hal-hal yang terjadi di atas sudah marak sekali terjadi.

Indonesia masih banyak menyepelekan hal tersebut sehingga perlunya edukasi serta pemahaman terhadap masyarakat di Indonesia untuk mulai memahami dan mengenal mengenai hal bullying agar pada akhirnya semua orang dapat bertoleransi akan hal-hal yang berbeda. (Windi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *